Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly. UroBux - A Place to Earn online!

Adbrite header

12 May 2010

The Book Of Eli

The Book Of Eli (2010) TS
Written by Ulum Joe
Wednesday, 12 May 2010 10:22

The Book Of Eli (2010)In a very short space of time two post-apocalyptic films have been release, the brilliant The Road which is aiming for Oscar glory, and the action packed The Book of Eli which is appealing for the mass audience.

30 years after a massive war which blow a hole in the sky, possibly a nuclear war, Eli (Denzel Washington) is a lone traveller heading to the West Coast of America. He is a skilled martial artist, armed with guns, a long knife and a bow and is carrying the last King James Bible. On the way he has to avoid and kill hijackers and cannibals. On his travel Eli has to stop off in a ramshackle of a town to buy water and recharge his gear. The town itself run on a barter economy. The leader of the town, Carnegie (Gary Oldman), was impressed by Eli's skill and even more impressed when he found out he can read. Carnegie offer's the traveller a place in his gang. But when Carnegie finds out Eli has the Bible he ends up searching for Eli. The Bible would give Carnegie the ideological based to strengthen his position and expand his power base. Eli goes on the run, hoping to go West and is joined by a young girl Solara (Mila Kunis). He teaches Solara about the Bible and religion and why it is important he goes west.

The best thing about the film is the action. It was slick, stylist, well-edited and at times a fine long fixed shots. There are brilliant moments with the way the camera goes through buildings, and follows the action. The Hughes Brothers have good style as action directors, better then say Michael Bay or McG who throw everything at the camera.

The story is not that original, there are elements of likes like Mad Max 2 and 3, The Road and the Man With No Name trilogy. But there are interesting ideas, the use of religion as political ideology, the use of religion as political control and showing both the good and bad sides of faith. Most films only show one side of the other: but this does both and I can praise it for that. I think given a bit of fine tuning then this could have been a really good script.

As mentioned, the Hughes brothers have style as action directors, but they also filmed in a slightly washed out look, giving the film a more given a gritty, earthy feel. It doesn't camp it up like the third Max Mad film did. They pacing was good for the most part and allow you to get to the character as well as seeing the action. However some moments did drag the film and could have been sped up. Others just didn't fit, like the slightly comical scene with an elderly couple played by Frances de la Tour and Michael Gambon. 10 to 15 minutes could have been cut.

Denzel Washington is possibly one of the coolest actors in the world. He was well cast as the protagonist, and since the character is a bit older then usual action hero Washington was the right age for the film. Gary Oldman does his use villainous role he is normally good at, look at his roles in True Romance, Leon, the Fifth Element and Air Force One. He gives his character a young Jack Nicholoson quality, though my brother said he reminded him of Bill the Butcher from Gangs of New York. He was good as he normally is. However whilst Mila Kunis is easy on the eye, her performance was weak and wooden. She wasn't believable as a young girl looking for a way out and able to grow as a character. At least she has Family Guy to fall back on. Other smaller roles were also not as convincing as the lead roles.

Source



Bahasa Indonesia

The Book Of Eli

Pasca perang besar yang berkecamuk, dunia dilanda kehancuran total. Di mana-mana yang ada hanyalah puing-puing bekas gedung-gedung dan manusia terpaksa harus kembali ke awal peradaban untuk kembali membangun peradaban yang telah mereka hancurkan sendiri ini. Salah satu dari beberapa orang yang berhasil selamat dari perang adalah Eli (Denzel Washington).

Kehilangan semua yang ia miliki, Eli kemudian menjadi pengembara dari satu tempat ke tempat yang lain hanya untuk bertahan hidup. Suatu ketika, Eli yang sedang dalam perjalanan mendapati bahwa baterai iPod-nya kehabisan daya. Tak jauh dari tempat Eli, ada sebuah kota yang ternyata dikuasai oleh Carnegie (Gary Oldman).

Eli awalnya hanya bermaksud singgah sebentar saja di kota itu untuk mengisi ulang baterai iPod-nya dan melanjutkan perjalanannya. Sayangnya di luar pengetahuan Eli, ada sesuatu dari dirinya yang ingin dimiliki oleh Carnegie yang menguasai kota itu. Konon, Eli membawa sebuah buku yang menjadi kunci mengembalikan peradaban yang telah hancur lebur oleh perang itu. Carnegie bermaksud mendapatkan buku itu untuk kepentingannya sendiri dan ia bukan termasuk orang yang bisa menerima kata 'tidak'
Sumber



Download

http://hotfile.com/dl/42454376/397ac3f/Tboe.PrisM18817200_www.bahlul.net.tc_.avi.001.html

http://hotfile.com/dl/42455087/151ff85/Tboe.PrisM18817200_www.bahlul.net.tc_.avi.002.html

http://hotfile.com/dl/42455615/bec9f21/Tboe.PrisM18817200_www.bahlul.net.tc_.avi.003.html

http://hotfile.com/dl/42455196/a1c9618/Tboe.PrisM18817200_www.bahlul.net.tc_.avi.004.html

http://hotfile.com/dl/42455397/0b2e09a/Tboe.PrisM18817200_www.bahlul.net.tc_.avi.005.html

http://hotfile.com/dl/42454103/65f667e/Tboe.PrisM18817200_www.bahlul.net.tc_.avi.006.html

09 May 2010

Kisah Menegangkan

Malam ini udara dingin sekali. Dua hari lagi hari raya Imlek akan tiba. Vivin yang sedang berdiri di halte, mengusap-usap telapak tangannya untuk mengusir dingin.

Sayup-sayup terdengar suara burung hantu di kejauhan. Vivin mengutuk bossnya dalam hati, karena memaksanya berangkat pada jam yang sangat tidak menyenangkan ini.

Vivin ditugaskan untuk mengantarkan sebuah paket ke sebuah gudang tua di ujung kota. Perjalanan ke sana memerlukan waktu sekitar setengah jam, dan satu-satunya jenis angkutan umum yang tersedia adalah bis bertingkat yang sudah tua dan jalannya lambat.

Setelah menunggu lama, akhirnya bis itu muncul. Vivin pun naik. Hanya Ada beberapa penumpang saja yang terlihat. Vivin terus melangkah menuju tangga karena dia memutuskan untuk duduk di tingkat atas saja. Tetapi langkahnya dihentikan oleh seorang nenek keriput yang duduk di dekat tangga.

Nenek itu berkata,"Jangan naik ke atas, nak. Di atas berbahaya." Vivin terkejut. Dia pernah mendengar kisah-kisah menyeramkan tentang bis bertingkat seperti yang pernah diceritakan teman-temannya. Karena Merasa ngeri, Vivin pun mengurungkan niatnya untuk naik ke atas. Setelah memilih sebuah bangku yang agak jauh, Vivin duduk sambil membayangkan hal-hal yang mengerikan yang mungkin terjadi.

Perjalanan 30 menit yang menegangkan itu pun akhirnya dapat dilalui. Vivin telah sampai di tempat tujuannya, ketika bis bertingkat itu berhenti di sebuah halte. Vivin turun sambil menarik nafas lega, sementara bis itu kembali melanjutkan perjalanannya.

Keesokan malamnya, satu malam sebelum malam Imlek, Vivin kembali Ditugaskan bossnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama. Vivin pun kembali berangkat menuju halte. Bis yang sama dengan bis yang kemarin muncul lagi. Vivin naik.

Penumpang bis yang terlihat hanya beberapa orang saja. Vivin lalu berjalan menuju tangga. Tetapi di sana Vivin kembali dihentikan oleh seorang nenek keriput yang duduk di dekat tangga. Nenek yang sama dengan yang kemarin.

Nenek itu berkata,"Jangan naik ke atas, nak. Di atas berbahaya." Vivin teringat dengan pengalamannya kemarin. Ia merasa takut dan memilih untuk duduk di sebuah bangku yang agak jauh dari tangga. Setelah 30 menit, bis bertingkat itu akhirnya berhenti di halte tempat tujuan Vivin. Vivin turun dengan perasaan lega. Dan bis itu pun melanjutkan perjalanan kembali.

Keesokan harinya, tepat pada malam Imlek, Vivin kembali diberi tugas Oleh bossnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama Dengan sebelumnya. Vivin menunggu bis di halte sambil melihat kesekelilingnya.

Suasana kota terlihat meriah. Lampion dan hiasan berwarna warni Menghiasi sudut-sudut jalan. Ketika bis bertingkat yang ditunggunya datang, Vivin naik. Bis itu adalah bis yang sama dengan yang kemarin.

Vivin melihat ke arah bangku di dekat tangga, dan benar saja, nenek yang sama dengan yang kemarin terlihat duduk di situ.

Vivin lalu mendekati nenek keriput itu.

Sebelum nenek itu berkata apa-apa, Vivin mendahuluinya, "Nek, apapun Yang akan Nenek katakan, saya tetap akan naik dan duduk di atas. Malam ini adalah malam Imlek dan suasana kota begitu meriahnya, saya tidak takut akan sesuatupun!"

Tanpa menunggu jawaban apa-apa dari nenek tua itu, Vivin lalu naik ke atas. Tidak ada penumpang satu orang pun di atas. Vivin memilih untuk duduk di dekat jendela, dan menunggu dengan perasaan tegang.

Tetapi hingga 30 menit berlalu, tidak terjadi apa-apa. Akhirnya Vivin sampai di tempat tujuan, dan bis itu berhenti di sebuah halte. Vivin turun dari tingkat atas dan mencari si nenek keriput didekat tangga.

Setelah bertemu, lalu Vivin bertanya, "Nek, kenapa sih, Nenek melarang penumpang untuk naik ke atas? Saya sudah mencoba sendiri, ternyata di atas tidak ada apa-apa yang membahayakan. Sebenarnya ada apa sih, nek?"

Sambil menunjukkan jarinya ke atas, nenek keriput itu menjawab, "Di atas berbahaya, nak. Tidak ada supirnya."